Kas Masuk Lebih Besar dari Kas Keluar = Laba?

Dalam aktivitas operasional usaha, terjadi berbagai macam transaksi yang berkaitan dengan kegiatan usaha. Transaksi-transaksi tersebut biasanya menyebabkan arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk berarti perusahaan memperoleh kas yang sumbernya dari pihak luar sedangkan arus kas keluar berarti perusahaan mengeluarkan sejumlah kas yang dimilikinya sebagai pengorbanan untuk memperoleh aset atau membayar beban yang berkaitan dengan kegiatan usaha yang dijalankan.

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa arus kas masuk artinya perusahaan memperoleh kas dari luar perusahaan. Sebagai contoh, pada bulan November 2019 perusahaan memperoleh kas atas penjualan barang dagang sebesar Rp10.000.000. Contoh lainnya yaitu perusahaan memperoleh pinjaman dari bank sebesar Rp30.000.000. Kedua contoh transaksi tersebut menjadi sumber arus masuk kas.

Sementara itu, arus kas keluar artinya perusahaan mengorbankan sejumlah kas yang dimilikinya untuk memperoleh aset atau membiayai beban yang berkaitan dengan kegiatan usaha. Sebagai contoh, perusahaan membayar beban listrik, air, dan telepon bulan November 2019 dengan uang tunai sebesar Rp5.000.000. Contoh lainnya yaitu perusahaan membeli peralatan dan inventaris kantor secara tunai sebesar Rp25.000.000. Kedua transaksi tersebut menyebabkan pengeluaran kas perusahaan.

Ada banyak transaksi yang menyebabkan kas masuk dan kas keluar perusahaan. Namun kemudian timbul pertanyaan: apakah selisih lebih kas (kas masuk lebih besar dari kas keluar) merupakan laba perusahaan?

Selisih lebih kas belum tentu bisa dianggap sebagai laba perusahaan. Mengapa? Sebelum menjawabnya, kita perlu memahami apa itu laba. Laba secara sederhana dapat dipahami sebagai kelebihan pendapatan di atas beban-beban perusahaan dalam suatu periode dan disajikan pada laporan laba rugi. Pendapatan adalah hasil operasional maupun pendapatan lain-lain (contohnya: pendapatan bunga bank) yang diterima oleh perusahaan. Umumnya sumber pendapatan utama bagi perusahaan dagang berasal dari penjualan persediaan sedangkan bagi perusahaan jasa bersumber dari setiap jasa yang telah dilaksanakan. Sedangkan beban adalah pengorbanan atau pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan. Dari pengertian tersebut, maka penjelasan atas pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: Kas yang diterima perusahaan tidak semata-mata dari pendapatan saja. Di sisi lain, kas yang dikeluarkan perusahaan juga tidak semata-mata untuk membiayai beban operasionalnya saja. Apabila melihat contoh di atas, terdapat dua transaksi yang menyebabkan arus kas masuk yaitu:

1. Penerimaan penjualan barang dagang secara tunai

Perusahaan menerima uang tunai sebesar Rp10.000.000 atas penjualan barang dagangnya pada bulan November 2019. Ini merupakan arus kas masuk bagi perusahaan. Di samping itu, arus kas ini menjadi pendapatan bagi perusahaan dan disajikan pada laporan laba rugi.

2. Pinjaman dari bank

Pinjaman sebesar Rp30.000.000 yang diperoleh perusahaan dari bank menjadi arus kas masuk bagi perusahaan. Namun, apabila kita melihat pengertian laba maka transaksi ini bukan merupakan pendapatan, meskipun perusahaan menerima uang tunai. Hal ini dikarenakan pinjaman dari bank bukan merupakan hasil operasional perusahan (seperti penjualan). Transaksi ini akan menambah aset (berupa Kas di Bank) serta hutang bank dan disajikan pada laporan posisi keuangan (neraca).

Kas yang dikeluarkan perusahaan juga tidak semata-mata untuk membayar beban-beban operasional perusahaan saja. Dari contoh di atas, terdapat dua transaksi yang menyebabkan adanya arus kas keluar perusahaan yaitu:

1. Membayar beban listrik, air, dan telepon

Kas yang dikeluarkan oleh perusahaan pada bulan November untuk membayar beban listrik, air, dan telepon sebesar Rp5.000.000 merupakan beban dan disajikan pada laporan laba rugi. Transaksi ini dikelompokkan sebagai beban karena listrik, air, dan telepon merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan.

2. Membeli peralatan dan inventaris kantor

Kas yang dikeluarkan oleh perusahaan pada bulan November untuk membeli peralatan dan inventaris kantor bukan merupakan beban. Hal ini dikarenakan peralatan dan inventaris kantor merupakan aset tetap, dengan demikian transaksi ini akan disajikan pada laporan posisi keuangan (neraca).

Dari contoh di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua kas masuk adalah pendapatan perusahaan, di sisi lain juga bahwa tidak semua kas keluar adalah beban usaha. Dalam penyusunan laporan keuangan, penting untuk memperhatikan dari mana sumber kas masuk dan ke mana kas keluar mengalir. Dengan demikian, laporan keuangan yang disusun dapat menjadi alat yang handal bagi pengambilan keputusan bisnis oleh manajemen dan pemilik perusahaan.

*Seluruh konten dalam bentuk teks, gambar, suara serta bentuk grafis yang disampaikan kepada publik merupakan tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab penulis. Neraca Consulting (Kantor Konsultan Pajak dan Akuntansi) tidak bertanggung jawab terhadap penggunaan informasi di dalam situs ini. Materi dan isi dalam website ini adalah informasi yang ditulis secara umum dan belum terjamin keakuratannya. Pengguna situs ini diharapkan tidak hanya bergantung secara eksklusif pada informasi yang tersedia dalam website ini saja untuk kebutuhan mereka.